Perencanaan pengolahan Sampah Organik di Kecamatan Grogol Petamburan
S Sampah adalah sisa hasil kegiatan manusia yang sudah tidak terpakai lagi dan merupakan pencemar lingkungan fisik, yang dapat mencemari lingkungan tanah, udara dan air. Masalah persampahan di kota besar seperti DKI Jakarta adalah masalah yang serius, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya karena bertambahnya penduduk dan kemajuan teknologi. Sampah semakin lama meningkat secara kualitatif maupun kuantitatif seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Hal ini mengakibatkan semakin beragamnya jenis sampah yang dihasilkan oleh penduduk baik berupa sampah organik maupun sampah anorganik. Penyumbang sampah organik di DKI Jakarta yang cukup besar adalah rumah tangga dan pasar dengan sampah organik yang dihasilkan rata-rata adalah 70%. Cara pengolahan sampah organik yang paling sederhana namun mempunyai fungsi besar dilakukan pada skala Kecamatan adalah dengan cara diolah menjadi kompos karena C/N rasio dari sampah rumah tangga sudah mendekati C/N rasio yang disyaratkan dalam pengolahan sampah menjadi kompos, sehingga tidak diperlukan banyak perlakuan tambahan. Pembuatan komposter harus memperhatikan efesiensi kegunaannya, sehingga bisa mengurangi timbulan sampah. Keberhasilan pengolahan sampah di daerah tertentu harus adanya kertekaitan antara warga dengan instansi pemerintah, namun jika dilihat sekarang ini warga hanya bergantung pada petugas kebersihan yang mengangkut sampah dari sumber sampah diambil menuju tempat pembuangan sementara dan lalu dibuang ke pembuangan akhir. TPS Makaliwe dan TPS Taman Apel direncanakan merupakan tempat untuk membuat komposter, yang terbuat dari beton berkapasitas 5 m x 5 m x 1.5 m diperencanakan pada TPS Makaliwe dan di TPS Taman Apel berkapasitas 2 m x 2 m x 1,5 m yang dapat menampung timbulan sampah menjadi kompos masing-masing adalah259 m3 untuk TPS Makaliwe dan 210 m3 untuk TPS Taman Apel. Pembuatan komposter diperuntukan mengurangi jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA.
W Waste is a remnant of the human activities that are not used again and is to pollute physical environment, which can contaminate the environment of land, air and water. Waste problem in big cities like DKI Jakarta is a serious problem, this is caused by various factors, among the growing population and advances in technology. The quantitative and qualitative improvement of waste accompanied by advances in technology and growing population. This resulted in the various types of waste produced by residents of either form of organic waste and inorganic waste. Contributor organic waste in Jakarta is a big enough domestic market and with the organic waste generated average is 70%. The processing of organic waste, but most have a simple function of large scale done in the District is to be processed in a way because compost C / N ratio of household waste is close to C / N ratio required in processing waste into compost, so it does not need much additional treatment . Should consider making composter usage efficiency, so that it can reduce the waste collection. The success of waste in a particular region should be the to thole between citizens with government institutions, but if the current views of only depending on the cleanliness of the transport of waste from the garbage is taken to the disposal while ago and removed to the final waste disposal. TPS Makaliwe and TPS Taman Apple planned as the place to make composter, made of concrete with a 2 m x 2 mx 1.2 m to plane the TPS Makaliwe and the TPS Taman Apel with a 2 m x 2 m x 1.2 m that can accommodate collection their waste into compost respective is144 m3 for TPS Makaliwe and 110 m3 for TPS Taman Apel. Making composter for reduce the amount of waste disposed collection to final waste disposal.