Desain interior Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur
D Di wilayah Yogyakarta, banyak dijumpai banguanan kuno bekas rumah tinggal bangsawan. Bangunan seperti itu dikenal sebagai ndalem pangeran. Ndalem tersebut menyebar didalam maupun diluar bangunan benteng kraton yang seakan-akan membentuk deliniasi dengan kraton sebagai centralnya.Mengamati ndalem pangeran, tampak bahwa pathokan dasar yang digunakan adalah rumah tradisional Jawa. Dalam hal ini mengingat para bangsawan adalah golongan dalam masyarakat yang memiliki status sosial tinggi, maka pada bagian tertentu dari rumah tinggalnya secara tidak langsung dicerminkannya. Terkadang ndalem-ndalem pangeran ini dikatakan pula meniru kraton, misal dengan didapatkannya halaman depan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai alun-alun yang lengkap dengan pohon beringinya. Ciri pembeda yang cukup menonjol bahwa bangunan tersebut milik bangsawan biasanya tampak dari bentuk atap, luasan, kelengkapan, bahan, serta ornamen yang begitu raya yang digunakan.Ndalem pangeran khususnya atau rumah tradisional Jawa umumny, dalam penataan ruang-ruang utamanya bersandar pada aksis utara-selatan. Bangunan secara keseluruhan menghadap ke selatan, yaitu arah yang dianggap memiliki nilai khusus secara religius atau pun praktis. Komplek bangunannya dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan pintu atau regol. Di utara regol terkadang didaatkan halaman terbuka menyerupai alun-alun yang ukurannya lebih kecil dengan tanaman beringin serta tanaman besar lainnya. Dikaitkan dengan zonasi halaman secara keseluruhan yang memusat, maka bagian ini merupakan halaman terluar bersifat publik.Pada halaman selanjutnya didapatkan bangunan-bangunan antara lain kandang kereta, kuncungan atau pagongan atau topengan, pendapa, longkangan, serta pringgitan. Di halaman terdalam didaptkan ndalem ageng, gadri, gandhok, dan bangunan pelengkap lainnya seerti tempat tinggal para magersari dan keluarganya.Bangunan-bangunan seperti tersebut di atas dalam arsitektur tradisional Jawa, memiliki satuan ukuran yang berbeda sesuai dengan beberapa aspek yang tidak hanya konstrukif semata. Misalnya panjang pendek blandar pamidangan pengeret satuannya disesuaikan dengan fungsi bangunannya. Ketepatan perhitungan satuan ukuran ini dianggap mempengaruhi proses kehidupan penghuniya, antara lain dalam soal rejeki, keselamatan dan sebagainya.Masyarakat Jawa dalam menentukan perhitungan pamidangan blandar dan pengeret menggunakan pathokan lima buah satuan yaitu secara berurutan adalah Ssi-Kitri-Gana-Liyu-Pokah. Satuan ini tidak dapat ditinggalkan, karena sangat memberi manfaat yang baik penghuninya. Biasanya bagi mereka yang kurang mengetahui dalam perhitungan hal semacam itu, jika akan mendirikan rumah menyerahkan kepada â€orang tuaâ€.