DETAIL KOLEKSI

Penentuan karakteristik surfaktan sodium lignosulfonate (sls) kayu cemara untuk proses enhanced oil recovery


Oleh : Maria Monica Hillery Marfantan Addo

Info Katalog

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2023

Pembimbing 1 : Onnie Ridaliani Prapansya

Pembimbing 2 : Shabrina Sri Riswati

Subyek : Geochemistry

Kata Kunci : Surfactant, Spruce Wood SLS, Phase Behavior, IFT, Recovery Factor

Saat ini file hanya dapat diakses dari perpustakaan.

Status : Lengkap

I Injeksi kimia (chemical flooding) merupakan salah satu bentuk ekstraksi minyak yang dianggap maju dalam EOR. Ini melibatkan penambahan bahan kimia ke dalam air yang diinjeksi untuk meningkatkan pemulihan minyak, yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas metode atau mengurangi saturasi minyak sisa di reservoir menjadi tiga jenis yaitu injeksi surfaktan, injeksi polimer, dan injeksi alkali. Injeksi surfaktan merupakan salah satu cara untuk mengurangi sisa minyak yang masih tertinggal di dalam reservoir dengan cara menginjeksikan suatu zat aktif permukaan ke dalam reservoir sehingga tegangan antarmuka (interfacial tension) minyak-air dapat diturunkan. Pada penelitian menggunakan surfaktan nabati yaitu Sodium Lignosulfonate (SLS) Kayu Cemara. Terdapat lima jenis variasi konsentrasi larutan surfaktan yang digunakan yaitu 0,3%; 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2% pada salinitas brine 8000 ppm. Pada penelitian ini digunakan lima pengujian dimana tiga diantaranya termasuk dalam pengujian karakteristik surfaktan yaitu uji aqueous stability, uji phase behavior, Uji IFT, dilanjutkan uji adsorpsi, dan core flood. Pada uji aqueous stability dilakukan untuk melihat kecocokan larutan surfaktan yang digunakan dengan air formasi sintetik (brine). Uji ini dilakukan pada temperature oven 60oC dengan waktu selama 336 jam. Hasil uji aqueous stability yang didapat adalah seluruh larutan tetap jernih selama waktu 336 jam. Kemudian pada uji phase behavior dilakukan pada temperature oven sebesar 60oC pada salinitas 8000 ppm dimana jenis minyak yang dipakai adalah jenis light crude oil tempino. Pengujian ini dilakukan selama 336 jam dengan mencatat mikroemulsi yang terbentuk saat jam 0, 0,5 jam, 1 jam, 2 jam, 24 jam, 48 jam, 168 jam, dan 336 jam. Hasil yang didapatkan yaitu terbentuk mikroemulsi pada empat konsentrasi yaitu 0,5% sebesar 1%, 1% sebesar 0,75%, 1,5% sebesar 1%, dan 2% sebesar 1,25% kecuali konsentrasi 0,3%. Pembentukan mikroemulsi terbesar dalam uji ini yaitu pada konsentrasi 2% dengan total persen mikroemulsi sebesar 1,25%. Selanjutnya, pada uji IFT ini dilakukan untuk mengetahui nilai tegangan antar muka terendah dari suatu surfaktan. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat spinning drop tensiometer. Hasil yang didapatkan dari nilai tegangan antar muka konsentrasi 2% salinitas 8000 ppm yaitu sebesar 7,210484 dyne/cm atau 7x100 dyne/cm yang artinya nilai IFT yang didapat sangat tinggi dan kurang baik dalam menentukan tegangan antar muka dan perolehan minyak sangat tidak efektif serta tidak dapat dikomersilkan karena lebih dari nilai 1x10-3 dyne/cm. Lalu pada uji adsorpsi berguna untuk mengetahui seberapa banyak larutan surfaktan SLS kayu cemara yang telah ke dalam batuan yang dapat mengurangi keefektifan dari larutan surfaktan SLS kayu cemara. Pada uji Adsorpsi didapatkan nilai adsorpsi statik SLS kayu cemara sebesar 9,526 mg/g dan adsorpsi dinamik SLS kayu cemara sebesar 1,865 mg/g. Dari hasil adsorpsi dinamik tersebut menunjukkan bahwa surfaktan SLS kayu cemara memiliki efektifitas yang baik karena nilai yang teradsorp lebih kecil dibandingkan dengan adsorpsi statik. Selanjutnya, pada pengujian core flood dilakukan untuk mengetahui nilai recovery factor atau perolehan minyak yang didapat melalui surfaktan SLS kayu cemara. Pada uji core flood terdapat dua metode injeksi yaitu water flooding dan surfactant flooding. Kedua injeksi tersebut adalah untuk memperoleh nilai recovery factor dengan menggunakan alat core holder. Didapatkan perolehan recovery factor pada water flooding sebesar 59,46% dan perolehan recovery factor pada surfactant flooding sebesar 0,400009675%.

C Chemical injection is a form of oil extraction considered advanced in EOR. This involves adding chemicals to the injected water to enhance oil recovery, increasing the method\'s effectiveness, or reducing the residual oil saturation in the reservoir into three types: surfactant injection, polymer injection, and alkali injection. Surfactant injection is one way to reduce the remaining oil in the reservoir by injecting a surface active agent into the reservoir so that the oil-water interfacial tension can be reduced. The study used a biosurfactant, Sodium Lignosulfonate (SLS) Cemara Wood. There are five variations in the concentration of the surfactant solution used, namely 0,3%; 0,5%; 1%; 1,5%; and 2% at 8000 ppm brine salinity. This study used five tests, three of which were included in the characteristic surfactant test: the Aqueous Stability Test, Phase Behavior Test, IFT Test, Adsorption Test, and Core Flood. The Aqueous Stability test was carried out to see the suitability of the surfactant solution used with synthetic formation water (brine). This test was conducted at an oven temperature of 60 oC for 336 hours. The results of the Aqueous Stability test obtained were that all solutions remained clear for 336 hours. Then the Phase Behavior test was carried out at an oven temperature of 60 oC at a salinity of 8000 ppm, where the type of oil used was light crude oil tempo. This test was carried out for 336 hours by recording the microemulsion formed at 0, 0,5 hours, 1 hour, 2 hours, 24 hours, 48 hours, 168 hours, and 336 hours. The results obtained were microemulsions formed at four concentrations, namely 0,5% at 1%, 1% at 0,75%, 1,5% at 1%, and 2% at 1,25%, except for a concentration of 0,3%. This test\'s most significant microemulsion formation was at a concentration of 2% with a total percentage of 1,25% microemulsion. Furthermore, the IFT test is carried out to determine a surfactant\'s lowest interfacial tension value. This test was carried out using a Spinning Drop Tensiometer. The results obtained from the value of the interfacial tension concentration of 2% salinity 8000 ppm is 7,210484 dyne/cm or 7x100 dyne/cm, which means that the IFT value obtained is very high and not good at determining interfacial tension and oil recovery is very ineffective and cannot be commercialized because it is more than the value of 1x10-3 dyne/cm. Then in the Adsorption test, it is helpful to find out how much of the spruce wood SLS surfactant solution has penetrated the rock, which can reduce the effectiveness of the spruce wood SLS surfactant solution. In the adsorption test, fir wood\'s static SLS adsorption value was 9,526 mg/g, and fir wood\'s dynamic SLS adsorption value was 1,865 mg/g. The dynamic adsorption results show that SLS surfactant is effective because the adsorbed value is smaller than the static adsorption. Furthermore, the core flood test was carried out to determine the value of the recovery factor or oil recovery obtained through the spruce wood SLS surfactant. In the core flood test, there are two injection methods, namely water flooding and surfactant flooding. The two injections are to obtain the recovery factor value by using a core holder tool. The recovery factor obtained in water flooding was 59,46%, and the recovery factor acquisition in surfactant flooding was 0,400009675%.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?