Pemanfaatan cangkang Kerang Hijau (Mytilus viridis linnaeus) sebagai biokoagulan pada penyisihan parameter organik dalam air limbah rumah pemotongan ayam (RPA) dengan reaktor berpengaduk
A Air limbah rumah pemotongan ayam (RPA) merupakan air limbah dengan kandungan organik tinggi, sehingga dapat mencemari badan air dan air tanah jika tidak diolah dengan baik. Salah satu pengolahan air limbah yang murah, mudah dioperasikan, efisiensi penyisihan tinggi,hemat energi dan telah banyak digunakan untuk mengolah air limbah rumah pemotongan ayam adalah dengan metode koagulasi-flokulasi. Penggunaan koagulan sintesis pada proses koagulasi dapat berefek buruk bagi kesehatan dan lingkungan, alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan biokoagulan yang berasal dan hewan seperti cangkangkerang hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat deasetilasi kitosan cangkang kerang hijau, kecepatan dan pengadukan cepat optimum, waktu pengadukan lambat optimum, dosis koagulan optimum, waktu pengendapan optimum, perbandingan penggunaan koagulan aluminium sulfat dengan biokoagulan kitosan cangkang kerang hijau dalam menyisihkan BOD, COD dan TSS dalam air limbah rumah pemotongan ayam. Penentuan derajat deasetilasi kitosan dilakukan dengan metode FTIR. Pada penelitian skala laboratorium dilakukan variasi kecepatan pengadukan cepat 100, 150, 200 dan 250 rpm, variasi waktu pengadukan cepat 1, 2 dan 3 menit, variasi waktu pengadukan lambat 20, 25 dan 30 menit, dan variasi dosis koagulan 150, 200, 250 dan 300 mg/L. Pada penelitian skala pilot dilakukan variasi waktu pengendapan 1,5, 2, 2,5, 3 dan 3,5 jam. Hasil menunjukkan bahwa derajat deasetilasi kitosan sebesar 70%, kecpatan pengadukan cepat optimum sebesar 200 rpm selama 2 menit, waktu pengadukan lambat optimum 25 menit, dosis koagulan optimum 250 mg/L, waktu pengendapan optimum 2,5 jam. Koagulan aluminium sulfat efektif menyisihkan TSS, sementara biokoagulan kitosan cangkang kerang hijau efektif menyisihkan BOD dan COD.
C Chicken slaughterhouse wastewater is wastewater with high organic content, so it cancontaminate receiving water bodies and groundwater if not treated properly. One of thewastewater treatment plants that are cheap, easy to operate, has high removal efficiency, energy saving, and has been widely used to treat chicken slaughterhouse wastewater is the coagulationflocculation method. The use of synthetic coagulants in the coagulation process can have a negative effect on health and the environment, another alternative that can be done is by using biocoagulants derived from animals such as green mussel shells. This study aims to determine the degree of deacetylation of green mussel shell chitosan, optimum speed and fast stirring, optimum slow stirring time, optimum coagulant dose, optimum deposition time, and comparison of the use of aluminum sulfate coagulant with green mussel shell chitosan biocoagulant in removing BOD, COD, and TSS in chicken slaughterhouse wastewater.Chitosan deacetylation is determined by the FTIR method. In laboratory-scale research, fast stirring speed varies in 100, 150, 200, and 250 rpm, fast stirring time varies in 1, 2, and 3 minutes, slow stirring time varies in 20, 25, and 30 minutes, and coagulant doses vary in 150, 200, 250 and 300 mg/L. In pilot scale research, the variation of deposition time was 1.5, 2, 2.5, 3, and 3.5 hours. The results showed that chitosan deacetylation degree was 70% with 200 rpm for 2 minutes optimum fast stirring speed, 25 minutes for optimum slow stirring time, the optimum coagulant dose was 250 mg/L, and the optimum settling time was 2.5 hours. Aluminum sulfate coagulant is effective in removing TSS, while green mussel shell chitosan biocoagulant is effective in removing BOD and COD.