Pemanfaatan ruang publik multifungsi yang berkelanjutan di permukiman kumuh (Kasus: RPTRA Pendongkelan, RPTRA Melati Indah, dan Taman Anggrek).
K Kondisi keterbatasan ruang tempat tinggal di permukiman kumuh menyebabkan penghuninya memanfaatkan ruang publik tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah taman. Ruang publik yang dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas disebut sebagai pemanfaatan ruang publik multifungsi. Pemanfaatan ruang publik multifungsi dapat berpotensi menimbulkan konflik pemanfaatan ruang dan menyebabkan menurunnya fungsi ruang atau sebaliknya bersifat berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat keberlanjutan pemanfaatan ruang publik multifungsi di permukiman kumuh. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode survey-angket kepada pengguna taman. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow sebanyak 96 responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat keberlanjutan pemanfaatan pada masing-masing taman berbeda satu sama lain. Pemanfaatan taman yang memiliki tingkat keberlanjutan tinggi adalah RPTRA Pendongkelan (75%), tingkat keberlanjutan sedang RPTRA Melati Indah (66,67%), dan tingkat keberlanjutan rendah Taman Anggrek (58,3). Untuk keberlanjutan pemanfaatan ruang publik multifungsi di permukiman kumuh, hal yang perlu diperhatikan adalah luas taman, ketersediaan fasilitas taman dan aksesibilitas dalam rangka menunjang rasa kebergantungan, interaksi, harmoni, dan keberagaman aktivitas yang merupakan aspek-aspek keberlanjutan pemanfaatan ruang publik multifungsi di taman-taman dalam permukiman kumuh.
P People in slum settlements use some public spaces for their daily activities because there was limited space in their home, one of the public space was parks. Public spaces used for various kinds of activities also called with the utilization of a multifunction public space. The utilization of multifunction public space can potentially lead to public space conflict and decrease the function of space, or it can create a sustainable environment. The purpose of this research is to identify the sustainable level of utilization of multifunction public space in slum settlements. This research was done using a quantitative approach and result of questionnaires from people that used parks for their daily activities. 96 respondents were sampled using Lemeshow formula. Based on the results, it can be concluded that there are differences in sustainable level between each park. The highest utilization of sustainable level is RPTRA Pendongkelan (75%), the average level is RPTRA Melati Indah (66.67%), and the lowest level is Taman Anggrek (58.3%). Thing's that should be focus to create utilization of sustainable multifunction public spaces in slum settlements are the parks wideness, the availability of parks facilities, and accessibility to support sense of dependence, interaction, harmony, and diversity of activities that were aspect of utilization sustainable public spaces on parks in slum settlements.