Hubungan paparan sampah dengan gejala rinosinusitis berdasarkan Snot-22 pada penduduk di TPS X
S Salah satu kandungan dalam sampah seperti gas amonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S) jika manusia mengalami kontak terus menerus dalam jangka waktu lama maka dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya adalah rinosinusitis. Jumlah petugas kebersihan di DKI Jakarta mencapai 13.058 orang. sehingga untuk dapat mengetahui keluhan hidung akibat paparan sampah pada petugas kebersihan dan pemulung maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan gejala rino siusitis pada penduduk di sekitar TPS. Penelitian ini menggunakan analisis observasional, menggunakan model crosssectional. Penelitian ini mulai diselenggarakan pada bulan Januari 2017 di salah satu tempat pembuangan sementara Jakarta yang terdiri atas penduduk sekitar TPS yang berjumlah 117 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Sino Nasal Outcome Test 22 (SNOT-22) dengan wawancara langsung menggunakan consecutive sampling. Analisis menggunakan SPSS versi 24 dan tingkat kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05. Pada penelitian ini, terdapat 11 responden terpapar sampah diantaranya terdapat 5 responden (45,4%) dengan gejala rinosinusitis ringan-sedang dan 6 responden (54,6%) dengan gejala rinosinusitis sedang berat-berat, sedangkan responden yang tidak terpapar sampah berjumlah 106 yang terdiri dari 66 responden (62,3%) dengan gejala rinosinusitis ringan-sedang dan 40 responden (37,7%) dengan gejala rinosinusitis sedang berat-berat. Berdasarkan data analisis statistik menggunakan uji Chi-Square , didapatkan hasil p=0.277. Dari penelitian ini di simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara paparan sampah dengan gejala rinosinusitis namun pada penemuan secara komparatif persentasi responden dengan gejala rinosinusitis sedang berat-berat yang terpapar sampah (54,6%) lebih tinggi dari pada responden yang tidak terpapar sampah (37,7%).
O One of the contents in waste such as ammonia gas (NH3) and hydrogen sulfide (H2S) if humans experience continuous contact for a long time, it can cause various diseases, one of which is rhinosinusitis. The number of janitors in DKI Jakarta reached 13,058 people. so that to be able to find out nasal complaints due to garbage exposure to janitors and scavengers, it is necessary to conduct research aimed at determining the symptoms of rino siusitis in the population around the TPS. This study uses observational analysis, using a cross sectional model. This research began in January 2017 in one of Jakarta's temporary disposal sites consisting of residents around the polling stations totaling 117 respondents. Data collection used a Sino Nasal Outcome Test 22 (SNOT-22) questionnaire with direct interviews using consecutive sampling. The analysis uses SPSS version 24 and the level of significance used is 0.05. In this study, there were 11 respondents exposed to waste including 5 respondents (45.4%) with mild-moderate rhinosinusitis symptoms and 6 respondents (54.6%) with moderate severe rhinosinusitis symptoms, while 106 respondents were not exposed to waste. consisting of 66 respondents (62.3%) with mild-moderate rhinosinusitis symptoms and 40 respondents (37.7%) with moderate-to-severe rhinosinusitis symptoms. Based on statistical analysis data using Chi-Square test, it was found that p = 0.277. From this study concluded that there was no significant relationship between waste exposure with rhinosinusitis symptoms but in the comparative findings the percentage of respondents with moderate severe rhinosinusitis who were exposed to waste (54.6%) was higher than those who were not exposed to waste (37, 7%).