Pengomposan limbah padat RPH Cakung dengan menggunakan bioindikator
L Limbah hasil usaha peternakan sampai saat ini masih tetap menjadi masalah karena belum banyak peternak yang mengolah limbah hasil peternakan yang dijalankannya. Sehingga limbah dari peternakan masih mencemari lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk mengolah limbah RPH, khususnya limbah padat adalah dengan cara pengomposan. keuntungan dengan cara pengomposan adalah penanganan dan sederhana serta biaya pengolahan yang relatif murah, selain itu hasil pengomposan dapat dijadikan pupuk yang dapt digunakan untuk perbaikan struktur tanah. Penelitian mengenai pengomposan limbah padat ini dilakukan di RPH Dharma Jaya Cakung, dengan proses pengomposan secara konvensional tanpa penambahan aktivator dan dengan penambahan aktivator. Limbah yang dihasilkan di RPH Cakung berupa isi rumen, sisa pakan dan feses (kotoran sapi/kerbau). maksud dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui proses pengomposan limbah RPH Cakung dengan penambahan aktivator. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengomposan, mengetahui kualitas kompos dan mengetahui penyusutan bahan abku limbah padat. Penyiapan tumpukan media dengan komposisinya isi rumen 40%, fases 30% dan sisa pakan ternak 30% dimana peletakan tumpukan media kompos ini dilakukan secara acak agar semua tumpukan masing-masingnya mendapat pengaruh yang sama dari lingkungan sekitar. proses pembuatan kompos ini batasan waktu selama 21 hari tanpa dilakukan proses penjemuran limbah padat terlebih dahulu. penyiraman dengan penambahan aktivator yaitu EM4 dilakukan pada hari 1 dan selanjutnya penyiraman ke 2 dilakukan 1 minggu kemudian pada hari ke 8. penambahan aktivator pada tumpukan media kompos dibagi 3 perlakuan yaitu penambahan aktivator dosis 10%, 30%, 50% dengan 3 kali pengulangannya. pengukuran pada suhu rata-rata yang diperoleh dari hasil kompos penelitian ini adalah untuk tumpukan kompos kontrol 62,76 drajat C untuk tumpukan kompos penelitian ini adalah untuk tumpukan kompos kontrol 62,76 drajat C, untuk tumpukan kompos media penambahan aktivator 10% sebesar 61,73 drajat C, penambahan aktivator 30% sebesar 53,93 drajat C dan untuk media penambahan aktivator 50% sebesar 50,73 drajat C. Sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium didapatkan hasil C/N ratio kompos yang paling rendah yaitu sebesar 15,11 pada kompos kontrol, C/N ratio yang tinggi kompos dengan penambahan aktivator 30% yaitu sebesar 18,20, maka C/N ratio dari kompos penelitian telah sesuai C/N tanah (<20). Kadar air setelah proses kompos pada penelitian ini, yaitu antara 31,31% - 46,63% dan kadar air tertinggi terdapat pada tumpukan yang mengalami penambahan aktivator 10% yaitu sebesar 46,63% dan yang mengandung kadar air terendah terkandung pada tumpukan yang diberi penambahan aktivator 50% yaitu sebesar 31,31%.
W Waste from farm business up until this time, still percived as a problematic area, because there are only few numbers of farmer that process their waste. Thus, the waste could polluted the environment. An effort which could be implemented to process Slaughter House waste,particularly solid waste is by composting the waste. The advantage of that step is the implementation is rather easy, simple and the processing cost perceived rather low, despite that, the composting result could be used as a fertilizer which also could be used to improve soil structure. This research qas observing the soil waste composting which was implemented on Slaughter Hause Dharma Jaya Cakung, by adding the activator. Wate of Slaughter House Cakung consists of rumen, feeding surplus and cow fecest. The objective of this research is to observe the process of waste composting, and to observing the quality of composs, and also to observe the depreciation of solid waste raw material. Media pile preparation with the composition of rumen 40%, fecest 30%, and feeding surplus 30%, where the placement of each compos media was implemented randomly in order to obtain a similar effect towards each pile. The process of compostimg for this experiment has a certain limitation of 21 days work, without any process of solid waste drying process. Watering by using additional activator is EM4 was implemented a week aftewards, or at the 8 th day. The adding of additional activator of compos media was divided into 3 treatment which is by adding the dosage activator of 10%, 30%, and 50% with three times of reiterations. The temperature measurement was obtained from the compos result of the research which are for the control composs pile 62.76 drajat C, and for the compos pile of the additional activator of 10% is 61.73 Drajat C, the additional activator media of 30% is 53.93 drajat C and for the additional activator media of 50% is 50.73 drajat C. While based on the laboratory test result was obtained the lowest result of compos C/N ratio is 15.11 on the control composs, the highest result composs C/N ratio by adding the additional activator 30% is 18.20, thus the C/N ratio of the observed composs has preceived accorded to soil C/N (<20). Water contains after the composs process in this research, is between 31,31% - 46.63% and the highest water contains in the pile which adding the additional activator of 10% is 46.63% and the lowest water contains in the pile which adding the additional activator of 50% is 31.31%.