Perancangan sistem transportasi persampahan menuju konsep Zero Waste di Kelurahan Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa-Barat
T TPA Loji di Kelurahan Palabuhanratu memiliki kondisi tanah yang labil, sehingga perlu penanyanan pengelolaan sampah yang lebih serius. Konsep pengelolaan sampah kumpul, angkut dan buang sulit untuk terus dipertahankan untuk tahun-tahun mendatang, karena pada akhirnya diperlukan lahan yang luas untuk TPA, Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka diajukan konsep pengurangan sampah sedekat mungkin dari sumbernya yang dilakukan secara terpadu.Konsep itu disebut Zero Waste dari BPPT. Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu Pemda setempat mengatasi masalah persampahan dengan cara mengoptimalkan sarana pengangkutan yang ada. Untuk itu maka dirancang sistem pengangkutan persampahan menuju konsep Zero Waste.Lokasi perancangan di Kelurahan Palabuhanratu, merupakan kota pariwisata seluas 1.023,220 Ha yang terletak dalam wilayah Kecamatan Palabuhanratu pada posisi geografis antara 6°97’— 7°03’ LS atau 106°59’ — l06°62’ BT, dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak 25.5 76 jiwa.Sampah merupakan limbah padat sisa aktivitas manusia dengan jenis dan komposisi bervariasi. Komposisi fisik sampah meliputi unsur, kandungan air, dan kepadatan. Komposisi kimia sampah terdiri dari unsur organik dan anorganik. Kegiatan operasional persampahan terdiri dan pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan. Hal penting pada proses pengangkutan meliputi penentuan titik pengambilan, jadwal operasi dan pola pengangkutan.Penelitian yang bersifat deskriptif, secara observasi dan analisa kerja/aktifitas, menyolah data dari hasil sampel jenis sampah dan komposisinya yang dilakukan selama 1 (satu) bulan dari 2 (dna) TPS terpilih. Aktifitas tadi dikaitkan juga dengan proyeksi jumlah penduduk, proyeksi laju timbulan sampah, kebutuhan peralatan pengarigkutan sampah serta jumlah ritasi pengangkutan sampah.Produksi sampah Kelurahan Palabuhanratu yang terlayani adalah 77,67 % atau 49,67 m³/hari. Perbandingan komposisi sampah organik dan sampah anorganik adalah 76% : 24%. Namun kenyataannya volume sampah yang terangkut ke TPA Loji hanya sebesar 32.57 m ³/hari dengan menggunakan armada arm roll setiap 3 rit/hari dan truk sampah kapasitas 6 in' setiap 2 rit/hari.Laju timbulan sampah diproyeksikan sebesar 3 % per tahun, dimana persentase organik turun 0,64 % per tahun dan persentase anorganik naik 0,64 % per tahun. Sampah dikumpul dan diangkut dengan gerobak 1 m³ ke tempat pemindahan dan pemilahan, kemudian diangkut ke Pra TPA Cikadu dengan Container 6 m³ beserta arm roll dan truk sampah 6 m³ Dengan jarak pengangkutan yang semakin dekat ke Pra TPA, maka kebutuhan armada penpanpkutan makin sedikit sehingga jumlah ritasi per hari diperbanyak dengan dampak positifnya adalah 100 % sampah dapat terlayani.Konsep ini membiiktikan Zero Waste dapat mengoptimalkan kebutuhan sarana trunsponasi. Namun untuk melihat lebih akurat dari segi penghematan biaya penpelolaan sampah secara keseLtruhan, perlu dianjurkan dengan perhitungan ekonomi yang lebih detail yang berdasarkan perhitungan biaya spesifik (Rp/ton).
T TPA Loji at Palabuhanratu that has unstable soil structures requires a more serious waste management. The traditional waste management systems that involve collecting, loading and discarding wastes would no longer ivork in the near future due to a huge TPA requirement and limited spaces. Therefore, wastes reduction method is needed on the site of the wastes starting points. The method is called Zero Waste Concept from BPPT. The theses is written to help out the local municipal government to overcome wastes problems by using Zero Waste concept that takes into account the existing wastes transportation facilities.The city of Palabuhanratu where the concept is being tested is a vacation spot. It has 1.023,220 Hectares and population of 25.576. The exact location is 6°97’ -7°03’ latitude or l06°59’ - l06°62’ longitude.There are many forms of wastes ranging from organic to in organic with different combination and variation in the composition. Wastes management consists of gathering, tnnsferring and loading. The crucial factors in the process of transferring wastes are collection points, collection schedule, and transferring methods.The research is a descriptive in nature involving data accumulation and analysis of the composition from waste samples that was conducted on 2 pre-selected TPS over 1 month period. The research takes into account the forecast of future population, waste volume and how many transportation infrastructures needed in order to load the future volume of wastes.The maximum capacities of waste that can be handled by the local authority curremly are 77,67 % or 49,67 m³ per day. The difference between organic and non- organic waste composition is 76 % to 24 % respectively. In practice, however, the volume of wastes that can be transported by the authority to its destination at TPA Loji is only 32,57 m³ per day.The forecasted growth rate of wastes at Palabuhanratu is 3 % annually with the organic portion decrease and inorganic portion increase by —0,64 % and 0,64% per annum respectively. By using the new concept, waste is being collected and transported with small lm³ carriages to the sorting area and finally being transferred to pre-TPA Cikadu with a bigger 6 m³ container and truck with arm roll function. Pre-TPA is designed to be closer to the wastes origins; therefore, the needs of massive transportation frequency to load wastes from the wastes origins to the pre-TPA could be reduced significantly. In effect, the idle transportation facilities could be used to service other areas that are currently obscured by the wastes collection service, and thus the problem of uncollected wastes could be eliminated. As results, the volume of wastes that can be collected increase to 100%.The concept of Zero Waste has proven that the method could make the good use of waste transportation facilities efficiently. However, cost specific calculation is needed to justify the benefit of this method Tom the economic standpoint.