DETAIL KOLEKSI

Reduksi emisi gas rumah kaca campuran beraspal industri konstruksi jalan


Oleh : Wiryawan Purboyo

Info Katalog

Subyek : Roads - Environmental aspects;Greenhouse effect

Penerbit : FTSP - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Indra Maha

Kata Kunci : GHG Emissions 29% reduction, RAP, WMA, IPCC 2006, Bina Marga AHSP 2010.

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TS_TS_151-170-020_Halaman-judul.pdf
2. 2019_TS_TS_151-170-020_Bab-1.pdf
3. 2019_TS_TS_151-170-020_Bab-2.pdf
4. 2019_TS_TS_151-170-020_Bab-3.pdf
5. 2019_TS_TS_151-170-020_Bab-4.pdf
6. 2019_TS_TS_151-170-020_Bab-5.pdf
7. 2019_TS_TS_151-170-020_Daftar-pustaka.pdf
8. 2019_TS_TS_151-170-020_Lampiran.pdf

I Industri konstruksi jalan memainkan peranan yang penting dalam perekonomian dan pembangunan, juga berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca (GRK). Meningkatnya konsentrasi GRK pada lapisan atmosfir menjadi salah satu penyebab terjadinya fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Laporan BPS mengenai Konsumsi Akhir Energi menurut sektor dalam satuan Terajoule periode 2009-2013, sektor Industri dan Konstruksi menempati urutan pertama dalam mengkonsumsi energi. Target pengurangan emisi GRK 29% dicanangkan dalam Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim.Tujuan penelitian adalah mengetahui besaran emisi GRK Industri konstruksi jalan tahap produksi dan tahap pelaksanaan pengaspalannya, menganalisis dan membandingkan gap pengurangan emisi GRK dengan menggunakan bahan bakar yang lain dan teknologi campuran beraspal yang berkembang saat ini.Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengembangan data aktifitas dan identifikasi kategori kunci emisi GRK masing-masing tahap. Data informasi jenis peralatan, kapasitas, spesifikasi, tahun pembuatan dan kebutuhan bahan bakar diperoleh dari suvei. Estimasi emisi GRK mengacu pada prosedur IPCC 2006 dan AHSP Bina Marga tahun 2010. Pemanasan agregat tahap produksi campuran beraspal panas (HMA) menggunakan solar sebagai tolok ukur dibandingkan dengan pemanasan agregat: 1. produksi HMA menggunakan LPG 2. produksi HMA dengan 60% agregat asli + 40% RAP menggunakan Solar 3. Produksi HMA dengan 60% agregat asli + 40% RAP menggunakan LPG 4. Produksi campuran beraspal hangat (WMA) menggunakan Solar 5. Produksi campuran beraspal hangat (WMA) menggunakan LPG.Gap pengurangan emisi GRK produksi campuran hangatWMA menggunakan LPG sebesar 31,4% dibandingkan tolok ukur. dicapai pengurangan emisi GRK melebihi target sebesar 2,4 %. Estimasi gap pengurangan emisi GRK tiap Ton produksi campuran beraspal sebesar = 11,74 kgCO2.Proses pemanasan agregat paling dominan menghasilkan emisi GRK 59,5% - 67,5% terhadap seluruh tahapan. Urutan ranking alat penghasil emisi terbesar: AMP (pemanasan agregat), dump truck (transportasi campuran beraspal), asphalt finisher (penghamparan), wheel loader (pemindahan agregat), genset (pemindahan agregat panas), asphalt sprayer (pelapisan aspal), pneumatic tyred roller (pemadatan antara), tandem roller (pemadatan awal dan akhir).

T The construction industry plays an important role in the national economic development, however it also contributes to greenhouse gas (GHG) emitters. The increasing concentration of GHG in the atmosphere is one of the causes of the phenomenon of global warming and climate change. Based on BPS Indonesia Report on the Final Energy Consumption by sector in terajoule units for the period 2009-2013, the Industrial and Construction sector ranks first in consuming energy. The 29% GHG emission reduction target is announced in the National Action Plan on climate changeThe study is to determine the amount of GHG emissions from the road construction industry at the production stage and the implementation phase of the asphalt, pavement construction stages analyze by comparing GHG emission reduction gap by using other fuels and asphalt mixture technology that is currently developing.To achieve these objectives by developing data activities and identification of key sources of GHG emissions. The surveys was conduted to obtain data information of equipment type, capacity, specifications, year of manufacture and fuel requirements.. Estimation of GHG emissions refers to the 2006 IPCC procedures and the Bina Marga AHSP 2010. Reduction of GHG emissions based on benchmarks with the use of Solar in the aggregate heating of the production stage of hot asphalt mixture (HMA) compared to aggregate heating: 1. HMA production using LPG 2. HMA production with 60% new aggregate + 40% RAP using Solar3. HMA production with 60% new aggregate + 40% RAP using LPG 4. Production of warm asphalt mix (WMA) using Solar 5. Production of warm asphalt mixture (WMA) using LPG.The gap in GHG emission reduction for warm WMA production using LPG is 31.4% compared to the benchmark, achieved a reduction in GHG emissions exceeding the target of 2.4%. The estimated gap in GHG emission reduction per ton of asphalt mixed production is = 11.74 kgCO2.Aggregate heating process is the most dominant GHG emissions by producing of 59.5% - 67.5% for all stages. Ranking of the largest emitters in the order are: AMP (aggregate heating), dump truck (asphalt mixed transportation), asphalt finisher (overlay), wheel loader (aggregate removal), genset (heat aggregate removal), asphalt sprayer (asphalt coating), pneumatic roller (intermediate compaction), tandem roller (initial and final compaction).

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?