Hubungan jumlah uang saku dengan perilaku konsumtif (shopaholic) pada siswa-siswi SMA
P Perilaku konsumtif adalah kecenderungan untuk membeli barang/ jasa yang kurang/ tidak dibutuhkan. Perilaku konsumtif remaja di Indonesia adalah sebesar 38%. Angka prevalensi perilaku konsumtif remaja di Depok adalah sebesar 60,8%. Salah satu variabel yang dapat memengaruhi perilaku konsumtif pada remaja adalah jumlah uang saku, salah satunya melalui faktor literasi finansial. Dari 150 artikel pada database dengan kriteria tahun penerbitan 2011 sampai 2020, internasional maupun nasional, penulis memilih enam artikel untuk kajian pustaka mengenai hubungan jumlah uang saku dengan perilaku konsumtif pada siswa-siswi SMA dan remaja. Terdapat satu artikel yang menyatakan adanya hubungan jumlah uang saku dengan perilaku konsumtif kurang signifikan (p=0,099). Terdapat lima artikel yang menyatakan jumlah uang saku memengaruhi perilaku konsumtif secara positif kurang signifikan (p=0,856), namun signifikan pada penelitian lainnya (p=0,005). Terdapat penelitian yang menyimpulkan jumlah uang saku dalam kategori kecil, sedang, besar memiliki kecenderungan yang sama dalam berperilaku konsumtif, dengan satu artikel menyatakan penggunaan uang elektronik (dari uang saku) yang meningkat, maka perilaku konsumtifnya juga meningkat. Satu artikel menyimpulkan terdapat pengaruh jumlah uang saku terhadap perilaku konsumtif sebesar 0,00003441 bernilai positif dan signifikan (t-test 0,000<0,05) dengan pengaruh parsial jumlah uang saku terhadap perilaku konsumtif sebesar 29,59%. Terdapat tiga artikel berkesimpulan adanya pengaruh jumlah uang saku terhadap perilaku konsumtif, terkait literasi finansial. Jumlah uang saku dalam kategori rendah yang disertai literasi finansial tinggi mampu mengurangi perilaku konsumtif, maupun sebaliknya (p=0,000). Hasil dari kajian pustaka adalah terdapatnya hubungan dan pengaruh jumlah uang saku terhadap perilaku konsumtif.
C Consumptive behavior is the tendency to buy goods/ services that are less or not needed. Adolescents’ consumptive behavior in Indonesia is 38% whereas the prevalence of consumptive behavior in Depok is 60.8%. One of the variables that can affect consumptive behavior in adolescents is the amount of pocket money, one of which is through financial literacy. From 150 articles on the database with criteria for the 2011 to 2020 publishing year, internationally and nationally, the authors selected six articles for this literature review on the relationship of pocket money amount to consumptive behavior in high school students and adolescents. There is one article that states the relationship between the amount of pocket money and consumptive behavior is less significant (p=0.099). Five articles state that the amount of pocket money affecting consumptive behavior is positively less significant (p=0.856), but significant in other studies (p=0.005). An article concludes the amount of pocket money in small, medium, large categories has the same tendency in consumptive behavior. An article states that an increase in electronic money (from pocket money) will also increase the consumptive behavior. One article concluded that the amount of pocket money effect on consumptive behavior of 0.00003441 was positively significant (t-test 0.000<0.05), its partial influence of the amount of pocket money on consumptive behavior is 29.59%. Three articles concludes the influence of pocket money on consumptive behavior, related to financial literacy. The amount of pocket money in low category accompanied by high financial literacy can reduce consumptive behavior, or vice versa (p = 0.000). This literature review concludes that there is a relationship and influence of the amount of pocket money on consumptive behavior.