DETAIL KOLEKSI

Pengaruh participating interest 10% terhadap kontraktor pada kontrak bagi hasil Cost Recovery dan Gross Split

5.0


Oleh : William Prasetyo

Info Katalog

Nomor Panggil : 918/TP/2018

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2018

Pembimbing 1 : Syamsul Irham

Pembimbing 2 : Widia Yanti

Subyek : Gross split;Exploring and exploiting oil and gas

Kata Kunci : cost recovery, gross split, participating interest

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2018_TA_TM_071001300197_HALAMAN-JUDUL.pdf 9
2. 2018_TA_TM_07101300197_BAB-1.pdf 5
3. 2018_TA_TM_07101300197_BAB-2.pdf
4. 2018_TA_TM_071001300197_BAB-3.pdf
5. 2018_TA_TM_071001300197_Bab--4.pdf 29
6. 2018_TA_TM_071001300197_Bab-5.pdf
7. 2018_TA_TM_071001300197_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
8. 2018_TA_TM_071001300197_LAMPIRAN.pdf

I Industri migas merupakan industri yang sangat beresiko dan butuh biayayang besar. Rendahnya kegiatan eksplorasi ini di lapangan baru menuai banyakresiko. Indonesia mengalami kejenuhan dan perlu terobosan baru, mulai daritahun 1960-an Indonesia menjadi salah satu pelopor bagi dunia dengan sistemkontrak bagi hasil Cost Recovery. Demi untuk meningkatkan produksi Negara danmengeksplorasi lapangan yang masih belum di temukan, maka PemerintahIndonesia menciptakan sistem kontrak bagi hasil yang baru adalah Gross Split.Kontrak ini merupakan kontrak bagi hasil langsung terhadap pemerintah dankontraktor dari Gross Revenue. Kontrak ini sangat baik, karena split kontraktorjuga dapat bertambah sesuai dengan kondisi lapangan migas yang akan dikelola.Semakin sulit untuk dikembangkan maka split nya juga akan semakin besar.Selain itu, Kontraktor juga wajib memberikan Participating Interest (PI) 10%kepada Badan usaha milik daerah (BUMD) untuk membantu pertumbuhanekonomi di wilayah sekitar dan adanya transfer knowledge sehingga pemerintahdaerah mendapatkan hak atas bagian migasnya. Pada tugas akhir ini, penulismelakukan studi pengaruh participating interest 10% terhadap Kontraktor padaLapangan X menggunakan metode Cost Recovery dan Gross Split. Hasil yangdidapat menyatakan Kontraktor seharusnya tidak terlalu terbebani. Hal ini dilihatdari indikator ekonomi NPV Gross Split sebelum PI 10% adalah 121.01 dan IRR18%, sedangkan setelah PI 10% NPV menjadi 98.83 MMUS$ dan IRR 16 % .Perbedaan NPV hanya 10 % dari total NPV dan IRR 1-2 %.

T The oil and gas industry is a very risky and costly industry. Low exploration activities in the new field reaping a lot of risk. Indonesia need a new breakthrough, starting from the 1960s Indonesia became one of the pioneers forthe world with a system of Production Sharing Contract Cost Recovery. In orderto increase the State's production and explore undiscovered fields, the Government of Indonesia created a new production sharing contract system that called Gross Split. This contract directly share the Gross Revenue directly to the Government and Contractors become equity to be split. This contract is very good, because split contractors can also increase in accordance with thecondition of oil and gas field to be managed. The more difficult to develop thenthe split will also be greater. This will encourage more contractor to continue toinnovate, seeking efficiencies to the maximum extent possible in exploring and exploiting oil and gas. In addition, The contractor is also required to provide aPI 10% to Regional Owned Enterprises (BUMD) to assist economic growth in the surrounding area and to transfer knowledge so that the local government gets the rights to its oil and gas sector. In this thesis, the authors study the effect of 10%participating interest on Contractor in Field X with Cost Recovery and Gross Split method. The results indicated that the Contractor should not be over burdened by the economic indicators of NPV difference is only 10% of totalNPV and IRR 1-2%.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?