DETAIL KOLEKSI

Perbandingan konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) dalam deposisi basah, deposisi kering dan udara ambien di wilayah Serpong, Tangerang


Oleh : Renalia Iwan

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2003

Pembimbing 1 : Wahjudi Wisaksono

Pembimbing 2 : Djurit Teguh Prakoso

Subyek : Air pollution;Industrial wastes

Kata Kunci : wet deposition, dry depositiom, air ambient.

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2003_TA_STL_08298034_Halaman-Judul.pdf
2. 2003_TA_STL_08298034_lembar-Pengesahan.pdf
3. 2003_TA_STL_08298034_Bab-I_Pendahuluan.pdf
4. 2003_TA_STL_08298034_Bab-II_Tinjauan-Pustaka.pdf 11
5. 2003_TA_STL_08298034_Bab-III_Metodologi-Penelitian.pdf
6. 2003_TA_STL_08298034_Bab-IV_Hasil-Penelitian-dan-Pembahasan.pdf
7. 2003_TA_STL_08298034_Bab-V_Kesimpulan-dan-Saran.pdf
8. 2003_TA_STL_08298034_Daftar-Pustaka.pdf
9. 2003_TA_STL_08298034_Lampiran.pdf

M Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kegiatan di bidangindustri dan transportasi menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, khususnya kualitas udara.Salah satu efek pencemaran udara yang menjadi perhatian seluruh dunia adalah deposisi asam atau yang dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan hujan asam.Penyisihan polutan dari atmosfir dapat melalui 2 proses, yaitu deposisi basah dan deposisi kering yang mana keduanya merupakan bentuk dari deposisi asam. Sulfur dioksida (SO2) merupakan salah satu penyumbang terbesar deposisi asam. SO2, terbentuk ketika senyawa sulfur yang secara dominan terdapat pada batu bara dan minyak bumi terbakar. Gas SO2, yang diemisikan dari industri, transportasi ataupun dari sumber lainnya ke atmosfir dapat bereaksi dengan unsur lain. Sebagian gas SO2, di udara jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk deposisi kering, namun ada juga yang teroksidasi hingga menjadi butir-butir air asam sulfat (H2S4), lalu jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk deposisi basah. Konsentrasi SO2, yang tinggi di udara menyebabkan berbagai dampak terhadap lingkungan (tanaman, hewan, manusia dan bahan-bahan lainnya).Penelitian dilakukan menggunakan alat sampling filter pack (deposisi kering) dan automatic rain sampler (deposisi basah). Sedangkan untuk pengukuran sampel digunakan alat kromatografi ion (deposisi kering dan deposisi basah) dan atmospheric SO2, analyzer (SO2,ambien). Pengambilan sampel dilakukan dari awal April 2002 — akhir Juni 2002 dengan lamapemaparan | minggu untuk deposisi kering, dan setiap hari selama 24 jam untuk deposisi basah dan SO2, ambien. Lokasi sampling, yaitu PUSARPEDAL, Serpong.Berdasarkan hasil pengukuran, didapat konsentrasi tertinggi SO2, dalam deposisi basah sebesar 2569,29 ppm periode 10 Juni 2002 — 17 Juni 2002 dan terendah sebesar 339,10 ppm periode 29 April 2002 — 6 Mei 2002. Sedangkan konsentrasi SO, tertinggi dalam deposisi kering sebesar 6,5 ppb periode 3 Juni 2002 - 10 Juni 2002 dan terendah sebesar 0,128 ppb periode 10 Juni 2002 — 17 Juri 2002. Untuk SO2, ambien tertinggi terdapat pada periode 20 Mei 2002 — 27 Mei 2002, sebesar 4 ppb dan terendah pada periode 6 Mei 2002 — 13 Mei 2002, sebesar 0 ppb. Hasil pengukuran pH juga menyimpulkan bahwa selama penelitian berlangsung telah terjadi hujan asam.Berdasarkan hasil analisa, konsentrasi SO2, dalam deposisi basah tidak memiliki hubungan yang signifikan baik dengan konsentrasi SO2, dalam deposisi kering, maupun dengan konsentrasi SO2, dalam udara ambien. Lain halnya dengan konsentrasi SO2, dalam deposisi kering yang bergantung pada tinggi rendahnya konsentrasi SO2, udara ambien.Faktor metorologi juga mempengaruhi konsentrasi SO2, selain kondisi sekitar lokasi titik sampling dan cara analisa yang dilakukan. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan gas bereaksi dengan uap air, curah hujan yang tinggi menyebabkan gas yang ada di udara larut ke dalam air, dan kecepatan angin yang besar akan mambuat gas terbawa angin ke tempat lain.Deposisi asam di wilayah Serpong sebagian besar terjadi akibat sumbangan zat-zat pencemar yang berasal dari mdustri yang banyak bertempat di Bogor dan Tangerang. Tercatat dalam “Profil Daerah Kabupaten dan Kota” bahwa 58,4 % perekonomian di Tangerang digerakkan oleh industri dan 4276 perekonomian di Bogor digerakkan oleh industri (Kompas, 2001).

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?