DETAIL KOLEKSI

Perbandingan pemeriksaan perkara penyalahgunaan narkotika di Indonesia dan Korea Selatan


Oleh : Muhammad Bramantyo Dwi Cahyo

Info Katalog

Penerbit : FH - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2025

Pembimbing 1 : Dwi Alfianto

Subyek : Drug abuse and crime - Criminal prosedure;Comparative legal analysis

Kata Kunci : comparison of civil and criminal procedural law: examination of narcotics abuse Cases in Indonesia a

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2025_SK_SHK_010001900406_Halaman-Judul.pdf
2. 2025_SK_SHK_010001900406_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf 1
3. 2025_SK_SHK_010001900406_Surat-Hasil-Similaritas.pdf 1
4. 2025_SK_SHK_010001900406_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf 1
5. 2025_SK_SHK_010001900406_Lembar-Pengesahan.pdf 1
6. 2025_SK_SHK_010001900406_Pernyataan-Orisinalitas.pdf 1
7. 2025_SK_SHK_010001900406_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf 1
8. 2025_SK_SHK_010001900406_Bab-1.pdf 17
9. 2025_SK_SHK_010001900406_Bab-2.pdf
10. 2025_SK_SHK_010001900406_Bab-3.pdf
11. 2025_SK_SHK_010001900406_Bab-4.pdf
12. 2025_SK_SHK_010001900406_Bab-5.pdf
13. 2025_SK_SHK_010001900406_Daftar-Pustaka.pdf
14. 2025_SK_SHK_010001900406_Lampiran.pdf

P Penelitian berjudul "analisis yuridis perbandingan pemeriksaan perkarapenyalahgunaan narkotika di indonesia dan korea selatan" ini mengkajisecara komprehensif persamaan dan perbedaan mekanisme pemeriksaanperkara penyalahgunaan narkotika dalam sistem hukum kedua negara. melaluipendekatan penelitian normatif dengan metode perbandingan hukum, studi inimenganalisis regulasi substantif (uu no. 35/2009 tentang narkotika, kuhap,dan peraturan turunan di indonesia; narcotics control act dan criminalprocedure act di korea selatan) serta implementasi operasionalnya dalampraktik penegakan hukum. temuan utama menunjukkan bahwa meskipunsama-sama menganut sistem civil law, terdapat divergensi struktural yangsignifikan. indonesia mengadopsi model multi-agency coordination melibatkanbnn, kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan dalam kerangka criminal justicesystem, dengan penekanan pada rehabilitasi melalui payung hukum suratedaran mahkamah agung no. 4/2010 dan peraturan bersama lembagapenegak hukum. sementara korea selatan memberlakukan sistem terpusat dibawah otoritas tunggal jaksa penuntut umum (public prosecutor) sebagaipengendali utama proses penyidikan hingga penuntutan berdasarkan criminalprocedure act. pada tataran implementasi, keunggulan sistem indonesiaterletak pada integrasi rehabilitasi dalam sistem pemidanaan, sedangkankelemahannya berupa kompleksitas koordinasi antarlembaga dan keterbatasanfasilitas rehabilitasi. korea selatan unggul dalam efisiensi prosedural melaluimekanisme prosecutor-led investigation, tetapi menghadapi kendala seriusdalam ketersediaan lembaga rehabilitasi medis yang memadai. penelitianmerekomendasikan penguatan model rehabilitasi berbasis bukti (evidence-based rehabilitation) di indonesia dan peningkatan akses layanan rehabilitasi dikorea selatan sebagai solusi komplementer terhadap pendekatan penal murni.

T This study entitled "a comparative legal analysis of narcotics abuse case examination in indonesia and south korea" comprehensively examines the similarities and differences in the mechanisms of narcotics abuse case examination within the legal systems of both countries. using a normative research approach with a comparative legal method, this study analyzes substantive regulations (indonesia’s law no. 35/2009 on narcotics, the criminal procedure code, and derivative regulations; south korea’s narcotics control act and criminal procedure act) as well as the operational implementation in law enforcement practice. the main findings indicate that although both countries follow a civil law system, significant structural divergences exist. indonesia adopts a multi-agency coordination model involving the national narcotics agency (bnn), police, prosecutor’s office, and courts within the framework of the criminal justice system, emphasizing rehabilitation under the legal umbrella of supreme court circular no. 4/2010 and joint regulations of law enforcement agencies. meanwhile, south korea implements a centralized system under the sole authority of the public prosecutor as the main controller of the investigation to prosecution process based on the criminal procedure act. at the implementation level, indonesia’s advantage lies in integrating rehabilitation into the penal system, while its weaknesses include coordination complexity among agencies and limited rehabilitation facilities. south korea excels in procedural efficiency through a prosecutor-led investigation mechanism but faces serious challenges regarding the availability of adequate medical rehabilitation institutions. the study recommends strengthening evidence-based rehabilitation models in indonesia and improving access to rehabilitation services in south korea as complementary solutions to a purely penal approach.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?