DETAIL KOLEKSI

Analisis penggunaan limbah cangkang telur terhadap sifat viskositas, plastik viskositas dan yield point pada lumpur berbahan dasar air


Oleh : Meldinar Riska Puspitosari

Info Katalog

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2024

Pembimbing 1 : Apriandi Rizkina Rangga Wastu

Pembimbing 2 : Pauhesti Rusdi

Kata Kunci : Drilling Mud, Mud Properties, Temperature, Eggshell Powder

Status Posting : In Pres

Status : Lengkap

L Lumpur pengeboran (drilling fluid) merupakan factor esensial dalam kesuksesan pengeboran sumur-sumur minyak dan gas bumi untuk menghasilkan target produksi yang direncanakan. Lumpur pengeboran merupakan larutan (suspensi) dengan komposisi meliputi bahan kimia dan mineral di dalamnya terdapat air, minyak, udara dan busa. Umumnya lumpur pengeboran digunakan untuk mendukung kegiatan pengeboran dengan membersihkan dasar lubang bor dari serpih dan mengangkat ke permukaan, mengontrol tekanan formasi, mempertahankan stabilitas lubang bor dan masih banyak lagi. Desain sistem lumpur pengeboran yang efisien dan ramah lingkungan sangatlah penting. Dalam konteks perkembangan zaman dan teknologi, kegiatan pengeboran haruslah memberikan dampak positif jangka panjang bagi manusia serta efektif dalam mengurangi biaya operasional. Namun, aktivitas manusia juga dapat menimbulkan dampak negatif, seperti pembuangan limbah tanpa pengolahan yang mempengaruhi lingkungan. Limbah paling umum dijumpai adalah cangkang telur. Berdasar badan pusat statistik tahun 2022 masyarakat indonesia mengkonsumsi telur ayam ras 2,336 kilogram kapita/minggu. Konsumsi telur ayam ras yang meningkat, jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka semakin banyak limbah cangkang telur yang terproduksi. Penelitian limbah cangkang telur diproses menjadi bubuk dengan tujuan meminimalisir pengunaan aditif alami sebagai bahan lumpur pengeboran dan mengurangi limbah lingkungan. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi limbah lingkungan, cangkang telur memiliki kandungan 94% kalsium karbonat, 1% kalsium fosfat, 1% magnesium karbonat dan 4% senyawa organik. Kandungan kalsium karbonat dalam telur biasa digunakan sebagai aditif pada lumpur pengeboran. Metode evaluasi data dengan pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian tugas akhir. Data diperoleh melalui pengamatan dan pengujian terhadap kinerja lumpur pengeboran yang menggunakan cangkang telur sebagai aditif. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem lumpur pengeboran yang lebih ramah lingkungan dan efisien secara ekonomi. Parameter yang dilihat pada pengujian penambahan bubuk cangkang telur meliputi viskositas, plastic viscosity, yield point dan gel strength. Penelitian dilaksanakan dengan penambahan cangkang telur sebanyak lima sampel terdiri dari 0 gram, 2 gram, 4 gram, 6 gram dan 8 gram. Kemudian sampel diuji pada suhu 80°F dan 200°F untuk melihat perilaku dari cangkang telur ketika memasuki formasi dengan suhu tinggi. Hasil penelitian pada suhu 80°F mendapatkan hasil yang berbeda, dimana nilai viskositas sebesar 24-38 sec/qt, plastic viskositas sebesar 7-9 cp, yield point sebesar 23-27 lb/100sq.ft, gel strength 10 detik sebesar 9-15 lb/100sq.ft, gel strength 10 menit 12-17 lb/100sq.ft. Pengujian pada suhu 200°F mendapatkan hasil yang bervariasi, dimana nilai viskositas sebesar 11-17 sec/qt, plastic viskositas sebesar 6-7 cp, yield point sebesar 3-9 lb/100sq.ft, gel strength 10 detik sebesar 2-6 lb/100sq.ft, gel strength 10 menit 3-11 lb/100sq.ft. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bubuk cangkang telur memiliki potensi sebagai alternatif ramah lingkungan dalam desain lumpur pengeboran. Parameter seperti viskositas, plastic viscosity, yield point, dan gel strength menunjukkan peningkatan nilai terhadap penambahan bubuk cangkang telur, terutama pada suhu yang berbeda. Oleh karena itu, penggunaan cangkang telur sebagai aditif dalam lumpur pengeboran dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengurangi limbah lingkungan dan memperbaiki kualitas lumpur pengeboran secara keseluruhan.

D Drilling mud (drilling fluid) is an essential factor in the success of oil and gas well drilling to achieve the planned production target. Drilling mud is a solution (suspension) composed of chemicals and minerals, including water, oil, air, and foam. Generally, drilling mud is used to support drilling activities by cleaning the borehole from shale, lifting it to the surface, controlling formation pressure, maintaining borehole stability, and more. Designing an efficient and environmentally friendly drilling mud system is crucial. In the context of technological advancements, drilling activities should have long-term positive impacts on humans and be effective in reducing operational costs. However, human activities can also have negative impacts, such as untreated waste disposal affecting the environment. The most common waste found is eggshells. According to the Central Bureau of Statistics in 2022, Indonesians consume 2,336 kilograms of chicken eggs per capita per week. With increasing consumption, if not managed and utilized properly, more eggshell waste will be produced. Research on eggshell waste processed into powder aims to minimize the use of natural additives as drilling mud material and reduce environmental waste. This not only helps reduce environmental waste, but eggshells also contain 94% calcium carbonate, 1% calcium phosphate, 1% magnesium carbonate, and 4% organic compounds. The calcium carbonate content in eggshells is commonly used as an additive in drilling mud. Data evaluation method using a quantitative approach was employed in this final project research. Data were obtained through observation and testing of the performance of drilling mud using eggshells as an additive. The research results are expected to contribute to the development of more environmentally friendly and economically efficient drilling mud systems. Parameters observed in testing the addition of eggshell powder include viscosity, plastic viscosity, yield point, and gel strength. The research was conducted by adding eggshells in five samples consisting of 0 grams, 2 grams, 4 grams, 6 grams, and 8 grams. Then, the samples were tested at temperatures of 80°F and 200°F to observe the behavior of eggshells when entering formations with high temperatures. The research results at 80°F showed different outcomes, with viscosity ranging from 24 to 38 sec/qt, plastic viscosity at 7-9 cp, yield point at 23-27 lb/100sq.ft, gel strength at 10 seconds at 9- 15 lb/100sq.ft, and gel strength at 10 minutes at 12-17 lb/100sq.ft. Testing at 200°F yielded varied results, with viscosity ranging from 11 to 17 sec/qt, plastic viscosity at 6-7 cp, yield point at 3-9 lb/100sq.ft, gel strength at 10 seconds at 2-6 lb/100sq.ft, and gel strength at 10 minutes at 3-11 lb/100sq.ft. The research results indicate that the addition of eggshell powder has the potential as an environmentally friendly alternative in drilling mud design. Parameters such as viscosity, plastic viscosity, yield point, and gel strength show an increase in values with the addition of eggshell powder, especially at different temperatures. Therefore, the use of eggshells as an additive in drilling mud can be an effective solution in reducing environmental waste and improving the overall quality of drilling mud.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?