DETAIL KOLEKSI

Pemanfaatan tanin kulit kayu Acacia Mangium untuk dijadikan perekat kayu lapis

3.0


Oleh : Donatus Nenggor

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2001

Pembimbing 1 : Hilman Affandi

Pembimbing 2 : Budi Rahayu

Subyek : Recycling

Kata Kunci : tanin mimosa, adhesive, mangium tannis, solid waste

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2001_TA_STL_08293054_Halaman-Judul.pdf
2. 2001_TA_STL_08293054_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2001_TA_STL_08293054_Bab-1_Pendahuluan.pdf 3
4. 2001_TA_STL_08293054_Bab-2_Tinjauan-Pustaka.pdf
5. 2001_TA_STL_08293054_Bab-3_Metode-Penelitian.pdf
6. 2001_TA_STL_08293054_Bab-4_Hasil-dan-Pembahasan.pdf
7. 2001_TA_STL_08293054_Bab-5_Kesimpulan-dan-Saran.pdf
8. 2001_TA_STL_08293054_Daftar-Pustaka.pdf
9. 2001_TA_STL_08293054_Lampiran.pdf

P Program HTI yang ada sekarang selain menguntungkan pihak perusahaan HTI, juga merugikan masyarakat terutama masyarakat yang berada di sekitar hutan tersebut karena menghasilkan limbah padat yang berupa kulit kayu. Dengan keterbatasan lahan yang disiapkan oleh pihak perusahaan dan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan maka untuk mengatasi masalah ini, sampah tersebut selama ini hanya dengan dibakar, hal ini tentunya menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu perlu dipikirkan penanganan limbah ini dengan tidak merusak lingkungan dan diharapkan dapat menghasilkan produk baru.Di Indonesia, jenis Acacia mangium banyak diminati sebagai jenis tanaman terpilih untuk program HTI. Diperkirakan kulit kayunya dapat dimanfaatkan untuk diambil taninnya. Tannin Mirnosa (sumber dari Acacia Mearnsii) yang berasal dari Afrika telah cukup banyak dimanfaatkan sebagai perekat kayu lapis. Indonesia dan sebagian Afrika pada hakikatnya memiliki iklim tropis dan keanekaragaman hayati yang tidak jauh berbeda, karena itu sumber tanin yang sama akan dapat dicari di negara kita.Penelitian ini bertujuan membandingkan kualitas tanin mimosa dengan tanin mangium perekat kayu lapis.Kulit kayu acacia mangium diperoleh dari tanaman percobaan SEAMEO BIOTROP Bogor, diekstraksi dengan air menurut system baterai selama 8 hari. Tanin mimosa (acacia mearnsii) niaga berasal dari Afrika Selatan. Ramuan perekat dibuat dengan campuran tanin 0, 30, dan 50% terhadap perekat sintetik fenol formaldehida. Uji kayu lapis dilakukan menurut standarJAS 1983 dan SII 1980. Parameter Perekat yang diamati ialah Ph dan waktu gelatinasi. Kereaktifan terhadap formaldehida ditetapkan pula. Data hasil pengujian dirata-ratakan dari dua sampai lima ulangan.Ekstrak tanin dari kulit mangium menunjukan kereaktifan terhadap formaldehida yang lebih rendah dibandingkan tanin mimosa. Pencampuran tanin menurunkan kadar air kayu lapis, tetapi sifat mekanisnya masih belum menandingi perekat sintetik. Menurut keteguhan rekatnya, pencampuran tanin mimosa dapat dilakukan sampai 30%, tetapi tanin mengium dapat diberikan lebih dan itu asalkan tidak melebihi 50%. Angka kerusakan kayu menurut Sll menyatakan bahwa perekat tanin dengan ramuan seperti dalam penelitian ini masih belum memenuhi syarat tipe eksterior.Mengingat kualitas tanin mangium lebih baik daripada tanin mimosa, maka penelitian ini perlu dilanjutkan dengan mengkaji lebih dalam perihal ekstraksi dan penyiapan ramuan perekatnya.

T The current HTI program not only benefits HTI companies but also harms the community, especially those living around the forest, because it produces solid waste in the form of bark. With the limited land prepared by the company and the increasing amount of waste produced, to overcome this problem, this waste has only been burned, this of course causes environmental pollution. Therefore it is necessary to think about handling this waste without damaging the environment and it is hoped that it can produce new products.In Indonesia, the Acacia mangium species are in great demand as the species of choice for the HTI program. It is estimated that the bark can be used to extract tannins. Tannin Mirnosa (source from Acacia Mearnsii) from Africa has been widely used as a plywood adhesive. Indonesia and parts of Africa basically have a tropical climate and biodiversity that is not much different, therefore the same tannin source can be found in our country.This study aims to compare the quality of mimosa tannins with plywood adhesive mangium tannins.Acacia mangium bark was obtained from experimental plants SEAMEO BIOTROP Bogor, extracted with water according to a battery system for 8 days. Commercial tannins (acacia mearnsii) originate from South Africa. The adhesive mixture was made by mixing 0, 30, and 50% tannins against phenol formaldehyde synthetic adhesive. The plywood test was carried out according to JAS 1983 and SII 1980 standards. The adhesive parameters observed were pH and gelatinization time. Reactivity to formaldehyde is also determined. Test result data averaged from two to five replications.Tannin extract from mangium peel showed lower reactivity to formaldehyde than tannin mimosa. Blending of tannins lowers the moisture content of plywood, but its mechanical properties still do not match that of synthetic adhesives. According to the firmness of the adhesiveness, mixing of mimosa tannins can be done up to 30%, but tannin tannins can be given more and that provided it does not exceed 50%. The wood damage figure according to Sll states that the tannin adhesive with the ingredients in this study still does not meet the exterior type requirements.Considering that the quality of mangium tannins is better than mimosa tannins, this research needs to be continued with a deeper study of the extraction and preparation of the adhesive ingredients.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?