DETAIL KOLEKSI

Pemanfaatan limbah kulit pisang kepok sebagai bahan baku bioethanol oleh aktivitas enzimatis Aspergillus Fumigatus dan Saccharomyces Cerevisiae

5.0


Oleh : Bunga Faradhani

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2020

Pembimbing 1 : Astri Rinanti

Pembimbing 2 : Ratnaningsih

Subyek : Waste products as fuel;Biomass energy

Kata Kunci : banana peel, delignification, hydrolysis, aspergillus fumigatus, saccharomyces cerevisiae

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2020_TA_STL_082001500014_Halaman-Judul.pdf 15
2. 2020_TA_STL_082001500014_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2020_TA_STL_082001500014_Bab-1_Pendahuluan.pdf
4. 2020_TA_STL_082001500014_Bab-2_Tinjauan-Pustaka.pdf
5. 2020_TA_STL_082001500014_Bab-3_Metode-Penelitian.pdf
6. 2020_TA_STL_082001500014_Bab-4_Pembahasan.pdf
7. 2020_TA_STL_082001500014_Bab-5_Simpulan.pdf
8. 2020_TA_STL_082001500014_Daftar-Pustaka.pdf 6
9. 2020_TA_STL_082001500014_Lampiran.pdf

L Limbah kulit buah biasanya dibuang begitu saja dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu limbah kulit buah yang banyak dihasilkan adalah limbah kulit pisang kepok. Limbah kulit pisang kepok jika tidak dimanfaatkan akan menjadi sampah dan permasalahan lingkungan. Permasalahan limbah kulit pisang kepok ini dapat diatasi dengan melakukan usaha pemanfaatan lebih lanjut, yaitu mengubahnya menjadi bioethanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah kulit pisang kepok menjadi bioethanol dengan memanfaatkan fungi Aspergillus fumigatus dan ragi Saccharomyces cerevisiae. Fungi Aspergillus fumigatus dan ragi Saccharomyces cerevisiae dikultivasi pada media Potato Dextrose Broth (PDB) dan Yeast Extract Glucose Peptone (YEGP). Penelitian diawali dengan melakukan preparasi limbah kulit pisang secara mekanis hingga menjadi bubuk kulit pisang (substrat). Tahap delignifikasi atau tahap pretreatment dilakukan dengan variasi perbandingan substrat: biokatalisator= 1:1, 1:5, dan 1:10 pada waktu kontak 24, 72, dan 120 jam. Kadar lignin diukur dengan menggunakan metode gravimetri. Tahap selanjutnya yaitu tahap hidrolisis dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan substrat: biokatalisator= 1:1, 1:5, dan 1:10 pada waktu kontak 24, 72, dan 120 jam. Konsentrasi glukosa diukur dengan menggunakan metode 3,5-dinitrosalisilat (DNS). Tahap fermentasi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan substrat: biokatalisator 1:1, 1:2 dan 2:1 pada waktu kontak 72, 120 dan 420 jam. Tahap destilasi adalah tahap setelah fermentasi. Tahap destilasi dilakukan agar kandungan ethanol yang dihasilkan dapat diukur dengan menggunakan alat Gas Chromatography Mass Stretoscopy (GC-MS). Pada tahap pretreatment diperoleh penyisihan kadar lignin tertinggi sebesar 60%. Hasil konsentrasi gula tertinggi pada tahap hidrolisis sebesar 1,175 g/L pada variasi substrat: biokatalisator= 1: 10 pada waktu kontak 120 jam. Kandungan ethanol tertinggi sebesar 12,64% pada perbandingan 1:2 pada waktu kontak 120 jam. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah kulit pisang kepok yang mengandung lignoselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber bioetanol melalui yang bertujuan mengurangi limbah organik.

F Fruit peels waste is usually thrown away and not used by the community. One of the many fruit peels that is produced is Kepok banana peel waste. Kepok banana peel waste if not utilized will become garbage and environmental problems. The problem of this Kepok banana peel waste can be overcome by making further utilization efforts, namely converting it to bioethanol. This study aims to process the waste of Kepok banana peel into bioethanol by utilizing the fungi Aspergillus fumigatus and yeast Saccharomyces cerevisiae. The fungi Aspergillus fumigatus and yeast Saccharomyces cerevisiae were cultivated on Potato Dextrose Broth (PDB) medium and Yeast Extract Glucose Peptone (YEGP). The research was initiated by mechanically preparing banana peel waste into banana peel powder (substrate). The delignification stage or pretreatment stage was carried out with variations in the ratio of the substrate: biocatalyst = 1: 1, 1: 5, and 1:10 at the contact time of 24, 72, and 120 hours. Lignin levels were measured using the gravimetric method. The next step, namely the hydrolysis stage, was carried out using variations in the ratio of the substrate: biocatalyst = 1: 1, 1: 5, and 1:10 at the contact time of 24, 72, and 120 hours. The glucose concentration was measured using the 3,5-dinitrosalicylate (DNS) method. The fermentation stage was carried out using variations in the ratio of the substrate: biocatalyst 1: 1, 1: 2 and 2: 1 at the contact time of 72, 120 and 420 hours. The distillation stage is the stage after fermentation. The distillation stage is carried out so that the resulting ethanol content can be measured using a Gas Chromatography Mass Stretoscopy (GC-MS) tool. At the pretreatment stage, the highest lignin level removal was obtained by 60%. The highest yield of sugar concentration in the hydrolysis stage was 1.175 g / L in the substrate variation: biocatalyst = 1:10 at the contact time of 120 hours. The highest ethanol content is 12.64% at a ratio of 1: 2 at the contact time of 120 hours. This shows that the utilization of kepok banana peel waste containing lignocellulose can be used as a source of bioethanol through the aim of reducing organic waste.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?