Analisis injeksi air pada sumur injeksi KR-06 dengan metode Buckley-Leverett
S Sumur produksi pada lapangan X memiliki reservoir yang mengalami penurunan produksi sehingga dilakukan injeksi air pada tahun 2014 yang diharapkan dapat meningkatkan jumah produksi. Pada lapangan X dilakukan proses injeksi air di sumur KR-06 pada tahun 2014. Injeksi air dilakukan dikarenakan tenaga dorong alamiah yang dimiliki reservoir sudah tidak dapat mendorong fluida yang masih tersisa ke permukaan proses ini dilakukan dengan mendesak minyak yang masih terdapat pada reservoir sehingga dapat di produksikan. Pada tahun 2014 laju injeksi yang digunakan dinilai tidak ekomis sehingga dilakukan penutupan sementara pada sumur-sumur produksi. Sehingga pada saat awal perlu dilakukan analisa mengenai laju injeksi yang digunakan pada awal injeksi agar laju alir produksi minyak dapat mencapai nilai optimum karena memiliki recovery factor yang membuktikan bahwa injeksi air dapat menambah kumulatif produksi minyak dan tidak perlu melakukan penutupan sumur sehingga mencari laju injeksi air yang membuat sumur produksi mempunyai laju alir minyak yang masih diatas nilai ekonomis yaitu sebesar 10 stb/d. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menentukan perencanaan laju injeksi air adalah Buckley-Leverett yang membuat dasar persamaan mengenai dua fluida pada reservoir yang saling tidak bercampur dalam reservoir yang horizontal dan memiliki sistem yang linear. Pada metode ini dapat memperlihatkan hubungan dari laju injeksi air dengan sumur produksi yang dimulai dari tahap pengisian pada zona penyapuan, tahap dimana kenaikan produksi, sampai tahap dimana saturasi air yang mengalami kenaikan selama injeksi air. Metode Buckley-Leverett menunjukan adanya hubungan antara nilai permeabilitas dari minyak dan air dengan saturasi air yang ada. Penentuan waktu pada tahap yang terdapat pada metode ini dapat membantu dalam memperkirakan keberhasilan dari injeksi air tersebut. Hubungan yang terlihat antara lain pengaruh injeksi air terhadap kumulatif produksi minyak dan laju alir minyak serta waktu dilakukannya injeksi air. Setelah melakukan analisa dengan beberapa laju alir injeksi dari 7000 – 2000 bbl/d yang memiliki selisih 1000 bbl/d. Data produksi setelah dilakukan injeksi dengan menggunakan laju alir injeksi awal sebesar 6000 bbl/d menunjukan bahwa laju alir minyak kecil sedangkan water-cut sangat tinggi mencapai 100%. Hal ini menunjukan bahwa adanya kesamaan antara hasil perhitungan data dengan data yang didapatkan dari produksi lapangan. Perbedaan laju alir antara data hasil perhitungan dengan data produksi lapangan sebsar 3% sedangkan perbedaan antara kumulatif produksi sebesar 2%. Dengan menggunakan laju alir sebesar 6000 bbl/d penutupan sumur terjadi setelah 1 tahun berjalannya injeki air. Setelah terlihat dari perbedaan yang tidak terlalu signifikan sehingga dapat dilakukan uji sensitivitas. Dilihat dari uji sensitivitas yang telah dilakukan menunjukan dengan meggunakan laju alir sebesar 3000 bbl/d waktu produksi sumur mencapai 10 tahun dengan laju alir minyak masih diatas nilai economic limit yang digunakan yaitu sebesar 10 bbl/d dan nilai water-cut yang masih dibawah 100%. Dengan menggunakan laju alir injeksi sebesar 3000 bbl/d kumulatif minyak dari masing-masing sumur meningkat jika dibandingkan dengan menggunakan laju injeksi air sebesar 6000 bbl/d. Sehingga jika sebelum melakukan injeksi air dilakukan analisa terlebih dahulu salah satu cara dengan menggunakan metode Buckley-Leverett maka akan mengurangi kemungkinan cepat terjadinya breaktrough yaitu kondisi dmana sumur terlalu cepat mengalirkan air sehingga mendahului mobilitas dari minyak sehingga proses penyapuan injeksi air tidak optimum dan tidak meningkatkan produksi minyak yang mempengaruhi kumulatif produksi.
I In field X, a water injection process was carried out in 2014. The injection process was carried out to increase oil production by urging oil that was still in the reservoir so that it could be produced. In 2014 the injection rate used was deemed not economical so that a temporary closure was made on production wells. So it is necessary to analyze the injection rate used at the beginning of the injection so that the flow rate of oil production can reach the optimum value and have recovery factors that prove that water injection can add cumulative oil production and do not need to close the well so that the water injection rate makes the production well has an oil flow rate that is still above the economic value of 10 stb / d. One methodology that can be used in determining water injection rate planning is BuckleyLeverett which makes the basic equation about two fluids in a reservoir that do not mix in a horizontal reservoir and have a linear system. In this methodology can show the relationship of the rate of water injection with the production well starting from the filling stage of the sweeping zone, the stage where production increases, to the point where the saturation of water experiences an increase during water injection. The visible relationships include the effect of water injection on the cumulative oil production and oil flow rate and the time of water injection. After analyzing by trying several injection flow rates from 7000-2000 bbl / d with a difference of 1000 bbl / d, the injection rate which caused cumulative oil production reached 131.3 stb. The injection rate that is considered appropriate is to use an injection flow rate of 3000 bbl / d. Production data after injection using an initial injection flow rate of 6000 bbl / d showed that well closure occurred after 1 year of water injection, while using water injection rate of 3000 bbl / d to reach 10 years the oil flow rate was still above the economic limit value. used. So if before the water injection is analyzed first it will reduce the possibility that the well is too fast to drain the water so that the breeding time is too fast without increasing oil production and cumulative production.