DETAIL KOLEKSI

Efek adsorban sebagai penopang TiO2 pada fotokatalisis surfaktan ABS


Oleh : Brahma Yudha Prakasa

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 1998

Pembimbing 1 : Muhammad Lindu

Pembimbing 2 : Winarti Andayani

Subyek : Water pollution;Technology - Waste treatment

Kata Kunci : ABS (Alkil, Benzene Sulfonat), LAS ( Linear Alkilbenzene Sulfonat), TiO2

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 1998_TA_STL_08291004_Halaman-Judul.pdf
2. 1998_TA_STL_08291004_Bab-1.pdf
3. 1998_TA_STL_08291004_Bab-2.pdf
4. 1998_TA_STL_08291004_Bab-3.pdf
5. 1998_TA_STL_08291004_Bab-4.pdf
6. 1998_TA_STL_08291004_Bab-5.pdf
7. 1998_TA_STL_08291004_Daftar-Pustaka.pdf
8. 1998_TA_STL_08291004_Lampiran.pdf

D Deterjen merupakan salah satu pencemar yang paling banyak dihasilkan dari limbah domestik. Indikasi adanya pencemar deterjen di sungai-sungai di Jakarta dapat dilihat dari banyaknya busa yang timbul di atas sungai yang diakibatkan oleh surfaktan deterjen. Deterjen banyak dimanfaatkan untuk mencuci pakaian, dalam arti luas adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih termasuk sabun cuci piring alkali dan cairan pembersih( Fardiaz, 1992 ). Pemanfaatan deterjen sebagai bahan pembersih terus berkembang karena deterjen mempunyai efisiensi pembersihan yang baik terutama jika digunakan dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi sabun biasa ( F ardiaz, 1992 ). Salah satu surfaktan yang banyak digunakan adalah ABS ( Alkil, BenzeneSulfonat).Surfaktan ini bersifat non-biodegradable yaitu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pada tahun 1965 ditemukan deterjen pengganti ABS yaitu LAS ( Linear Alkilbenzene Sulfonat) yang relatif lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme, namun karena alasan ekonomi deterjen dengan bahan baku ABS masih tetap dimanfaatkan.Proses pengolaharl limbah deterjen yang selama ini dilakukan mikroorganisme maupun perlakuan secara fisika dan kimia, yang meliputi koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dirasakan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena pada proses biologi untuk menurunkan nilai COD membutuhkan waktu yang panjang. Pada metode koagulasi dan sedimentasi komponen-komponen dengan berat molekul rendah tidak seluruhnnya dapat dikurangi serta mengendap. Sementara itu, dengan metode flokulasi akan menghasilkan limbah padat yang pada proses pembuangannya diperlukan biaya yang mahal. Berdasarkan pada permasalahan di atas, perlu dilakukan pengembangan teknologi untuk pengolahan limbah deterjen.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?