Optimasi pemanfaatan sampah organik menjadi bahan bakar alternatif dengan metode biodrying
B Berdasarkan World Health Organization (WHO) sampah adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang. Sampah secara umum dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan non organik.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa Indonesia menghasilkan sebanyak 68,5 juta ton sampah pada tahun 2021, hal ini menunjukkan pentingnya manajemen sampah di suatu kota atau wilayah, karena jika pengelolaan sampah di suatu kota baik, maka lingkungan perkotaan yang baik akan dapat terwujud. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mengurangi kadar air sampah organik menggunakan reaktor biodrying yang diberi aerasi sebesar 3 L/m dan 6 L/m dengan variasi waktu tinggal. Sampah tersebut akan menjadi bahan bakar pengganti batubara berupa Refused Derived Fuel (RDF) . Penelitian ini dilakukan di Kampus A Universitas Trisakti dengan menghitung laju timbulan sampah, komposisi sampah, densitas sampah , proximate analysis dan nilai kalor. Metode pengolahan data timbulan dan komposisi sampah sesuai dengan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan, pengukuran, contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Analisis kadar air mengacu pada SNI 03-1971-1990 tentang Metode Pengujian Kadar Air Agregat, Analisis ini mengacu pada ASTM E 897-88 (2004), Analisis kadar abu mengacu pada ASTM E 830-87 (2004), Standar pengujian untuk nilai kalor bom calorimeter adalah ASTM D 5865-7a. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa rata-rata laju timbulan Kampus A Universitas trisakti sebesar 1,78 kg/m2/hari dengan komposisi sampah terbanyak yaitu sampah organik sebesar 80,57 % dan sampah anorganik sebesar 19,43 %. Penelitian pada biodrying menggunakan reaktor dengan kapasitas volume sampah sebesar 112,5 liter. Data penelitian didapatkan bahwa sampah organik di dalam reaktor yang diberi aerasi sebesar 6 L/m mampu untuk menurunkan kadar air sampah organik sebesar 20 % dan mendapat nilai kalor yang tertinggi sebesar 19,12 MJ sementara itu sampah organik didalam reaktor yang diberi aerasi sebesar 3 L/m hanya bisa menurunkan kadar air sebesar 48,86 % dengan nilai kalor tertinggi sebesar 14,633 MJ. Hal ini menunjukkan bahwa sampah organik yang diberi aerasi 6 L/m lebih efektif untuk menjadi bahan bakar berupa Refused Derived Fuel (RDF) karena sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Indocement.
A According to the World Health Organization (WHO) waste is goods originating from human activities that are no longer used, either unused, disliked, or thrown away. Waste is generally divided into two, namely organic and non-organic waste. The Ministry of Environment and Forestry (KLHK) said that Indonesia produced as much as 68.5 million tons of waste in 2021, this shows the importance of waste management in a city or region, because if waste management in a city is good, then a good urban environment will be realized. This study aims to compare and reduce the water content of organic waste using an aerated biodrying reactor of 3 L/m and 6 L/m with variations in residence time. The waste will be a substitute fuel for coal in the form of Refused Derived Fuel (RDF). This research was conducted at Campus A of Trisakti University where researchers will also calculate the rate of waste generation, waste composition, waste density, proximate analysis and calorific value. The method in research uses methods in accordance with the methods of the Indonesian National Standard (SNI). The results of the study found that the average generation rate of Campus A of Trisakti University was 1.78 kg / m2 / day with the largest composition of waste, namely organic waste of 80.57% and inorganic waste of 19.43%. Research on biodrying uses a reactor with a waste volume capacity of 112.5 liters. Research data found that organic waste in the aeration reactor of 6 L/m was able to reduce the water content of organic waste by 20% and got the highest calorific value of 19.12 MJ, while the organic waste in the aeration reactor of 3 L/m could only reduce the water content by 48.86% with the highest calorific value of 14.633 MJ. This shows that organic waste that is aerated 6 L/m is more effective to become fuel in the form of Refused Derived Fuel (RDF) because it is in accordance with the quality standards set by the Indonesian National Standard (SNI) and Indocement.