DETAIL KOLEKSI

Pengaruh Amobilisasi Biosorben terhadap penyerapan Logam Berat Tembaga (Cu2+) dengan variasi suhu dan konsentrasi awal limbah


Oleh : Widyaningrum Permata Siwi

Info Katalog

Nomor Panggil : TATL.082660

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

Pembimbing 1 : Melati Ferianita Fachrul

Pembimbing 2 : Astri Rinanti Nugroho

Subyek : Heavy metal pollution;Management of the environment - Waste

Kata Kunci : bottom ash, soil, soil stabilizer, compressive strength test, leaching test

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2004_TA_TL_08297059_Halaman-Judul.pdf
2. 2004_TA_TL_08297059_Bab-1.pdf
3. 2004_TA_TL_08297059_Bab-2.pdf
4. 2004_TA_TL_08297059_Bab-3.pdf
5. 2004_TA_TL_08297059_Bab-4.pdf
6. 2004_TA_TL_08297059_Bab-5.pdf
7. 2004_TA_TL_08297059_Bab-6.pdf
8. 2004_TA_TL_08297059_Bab-7.pdf
9. 2004_TA_TL_08297059_Bab-8.pdf
10. 2004_TA_TL_08297059_Daftar-Pustaka.pdf
11. 2004_TA_TL_08297059_Lampiran.pdf

P Pemakaian batubara untuk sektor industri merupakan alternatif penggunaan energi untuk menggantikan peran bahan bakar minyak yang saat ini jumlahnya sudah semakin menipis di dunia. Pemakaian batubara dilihat dari segi ekonomi lebih mengguntungkan karena lebih murah, tetapi pembakaran batubara ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. pencemaran lingkungan mungkin terjadi karena pembakaran batubara akan menghasilkan abu (fly ash dan bottom ash) sebesar 5% dari jumlah batubara yang dibakar. kedua limbah ini termasuk limbah B3 karena masih mengandung logam berat yang dapat melindi ke dalam lingkungan. dalam penelitian ini, dilakukan pemanfaatan limbah bottom ash sebagai soil stabilizer, hal ini dilakukan karena jumlah limbah tersebut sangat banyak, sehingga apabila tidak diolah maka akan berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengolah limbah botton ash dipilih metode solidifikasi. Proses solidifikasi merupakan proses pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi kelarutan dan mobilitas kontaminan serta membentuk massa padat. Proses ini dilakukan dengan menambahkan semen kedalam campuran tanah dan botton ash agar pengikatan antara partikel-partilelnya lebih kuat. Dari hasil uji Attrberg Limit, diketahui bahwa tanah yang distabilisasi dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tanah lempung MH dan OH. Kontro kualitas yang lain diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan dan uji leaching. Hasil pegujian kuat tekan menunjukka bahwa kadar bottom ash 6% dengan penambahan semen 9% menghasilkan kuat tekan yang terbaik yaitu sebesar 104,5 Kg/cm persegi, dengan nilai kuat tekan tersebut maka hasil solidifikasi sudah cukup baik karena dapat digunakan sebagai pondasi bawah (subbase) dari perkerasan jalan. Bila dibandingkan dengan mutu beton dalam SNI No. 03-0691-1996 maka nilai tersebut termasuk dalam beton mutu D yang digunakan sebagai perkerasan taman. Hasil solidifikasi yang kuat tekanannya terbaik diuji kadar leachingnya, dari hasil penelitian diketahui bahwa pelindian kadar logam berat Cd, Cr, Cu, Pb, dan Zn masih dibawah baku mutu TCLP PP no. 85 tahun 1999 tentang Penentuan Karakteristik Sifat Racun.

H Heavy metal polution by industrial acivities has become serious environmental problem and dangerous to human life. Copper (Cu2+) is one of heavy metals that pollute environment. One of alternative methods to overcome heavy metals pollution is biosorption. This research aim to study the efficiency of copper removal by concortium immobilised microalgae with optimation of temperature and initial copper concentration. This research conducted by batch culture with temperature variation 25°C, 30°C and 35°C and variation of initial Cu2+ concentration 3, 5, 10, 15 and 20 mg/l using monoculture of S. cerevisiae and monoculture of Chiarella sp. and mix culture consist of S. cerevisiae and Chiarella sp as biosorbent with immobilitation. Optimum adsorption 83,4% occurs at temperature 30°C with initial concentration of waste 17,62 mg/l, initial concentration of biomass 200 mg, pH 4, detention time 120 minutes by immobile mixed culture biosorbent. Morfology of cell could be seen with Scanning Electron Microscope (SEM) proving biosorbent surface is damaged after contact with copper (waste), it means heavy metals (molecul) attach to differents functional in cell surface and changing biosorbent surface. Adsorption process of this research follow Langmuir Isoterm with R2 value closest to 1. Thus immobilised mixed culture biosorbent could optimally remove copper at temperature 30°C and initial Cu2+ concentration 17,62 mg/l.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?