Pemanfaatan serat tandan sawit sebagai komponen anti peluru kendaraan patroli : tahun ke 3 dari rencana 3 tahun
D Dengan meningkatkan perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) maka Indonesia sejak tahun 2008 berhasil menjadi produsen terbesar minyak sawit (crude palm oil) di dunia. Dengan meningkatnya produksi minyak sawit maka limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut juga meningkat. Limbah padat Tandan Kosong Sawit (TKS) dengan jumlah ketersediaan sangat besar yaitu ekuivalen dengan produksi CPO pada lebih dari 25 juta ton di tahun 2013 (sumber : FAO, 2015) adalah salah satu limbah yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku serat untuk industri, dimana serat alam tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan komposit. Limbah in berpotensi menjadi bahan baku industri jika dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk teknis dan komersial dengan nilai ekonomis tinggi. Serat alami tandan sawit ini memiliki beberapa karakteristik mekanis yang baik. komposit yang dihasilkan berbentuk papan. Papan tersebut terdiri dari 5 lapis komposit dengan ketebalan masing-masing sekitar 2 mm tersebut tahapan terhadap peluru tipe senjata genggam kaliber 9 mm. Pengembangan aplikasi komposit sebagai komponen anti peluru untuk kendaraan patroli dan kendaraan pengamanan lainnya sangat diperlukan. Penelitian di tahun ini meliputi pelapisan komposit agar tahan air, analisa produksi untuk ukuran 25x30 cm2 (mengacu ukuran hardplate untuk rompi anti peluru) khususnya pada proses pengepresan panas, pencarian material peredamm peluru agar tidak rechorche (bullet trap material) seperti kemungkinan pemanfaatan serat pisang kepok.